30 November 2004

Kala Senja di Taman Korea


Tulisan ini dimuat di majalah Medium [Edisi 29, 13-26 Oktober 2004]. Aku tertarik menulis feature perihal sisi lain dunia kemahasiswaan di kampus UI, Depok. Di balik reputasi dan ketenaran tokoh-tokohnya yang kerap “nongol” di media massa, ternyata berkembang pula tradisi lain di lingkungan mahasiswa UI yang cenderung hedonistik.
[Zulkifli Al-Humami]
_________________________________


Lelaki berambut lurus itu tak henti-hentinya menggeleng-gelengkan kepala. Sembari menghela nafas panjangnya, ia tertegun saban melintas di “Taman Korea,” sebuah kawasan sejuk nan asri di pinggir kawasan kampus FISIP UI, Depok. Sejurus kemudian, ia menyudut ke sebuah tempat di ujung taman. Pandangan matanya menoleh-noleh ke segala arah, dan ia pun menyaksikan tingkah pola para muda-mudi mahasiswa yang larut dalam suasana sumringah dan sarat canda tawa.

Belakangan, baru dimaklumi pria itu. Ia bernama Fuad Fathoni, asisten dosen pada Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok. Fuad merasa prihatin dengan menjalarnya budaya hedon yang menjangkiti mahasiswa di “kampus pembangunan” itu.

20 September 2004

Wawancara dengan Saiful Mujani ihwal Koalisi Kebangsaan versus Koalisi Kerakyatan dalam Pilpres 2004



Moderat, Modern, dan Realistis

[Sumber: Majalah Medium | Edisi 01-14 September 2004]


Saiful Mujani, Direktur Riset Politik Freedom Institute Jakarta mengajak dua wartawan Medium, Zulkifli Al-Humami dan Chamad Hojin, memahami latar belakang mengapa Megawati membangun Koalisi Kebangsaan. Juga mengapa Susilo Bambang Yudhoyono mulanya memilih berkoalisi dengan rakyat. “Walau saya tidak paham apa konsep koalisi rakyat itu,” kata Saiful. Ia menduga, barangkali, Susilo yakin bahwa tanpa koalisi partainya sudah merasa kuat. Sehingga unsur-unsur partai dan elit lainnya menjadi sekunder. “Mungkin bagi Susilo-Kalla hanya bergandengan dengan PBB dan PKPI merasa cukup memadai,” katanya. Tapi Susilo tidak anti koalisi partai. Terbukti ia berkoalisi dengan PKS.

Megawati, menurut Saiful, “wajar jika Mega-Hasyim lalu membangun koalisi yang sangat besar,” kata Saiful. Ia mengaku pernah memberitahu Akbar Tandjung, bahwa jika ingin menang, koalisi kebangsaan harus diperbesar partisipannya, sebab Mega tidak memiliki daya pikat yang kuat terhadap publik. Keduanya bisa dibenarkan. Berikut petikan wawancara di kantor Freedom Institute, Jum’at pekan silam:

16 Juli 2004

Wawancara dengan Didik J. Rachbini tentang Visi Ekonomi Amien-Siswono (Capres 2004)


Wawancara dengan Didik J. Rachbini dilakukan dalam kapasitasnya sebagai Tim Sukses Calon Presiden dan Wakil Presiden Amin Rais-Siswono Yudohusodo dalam perhelatan Pemilu Presiden Langsung 2004. Sembari makan malam di Café Lounge Hotel Bumiwiyata, Depok, saya dan sahabat saya, Sabri, berbincang panjang bersama ekonom tenar itu seputar visi ekonomi Capres Amien-Siswono untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Wawancara ini dimuat di majalah Medium Edisi 7-20 Juli 2004.
[Zulkifli Al-Humami]
_______________________________


Pasar Sosial yang Adil


Lelaki asal Madura ini tetap segar jika berbicara tentang ekonomi politik. Didik J. Rachbini adalah ekonom dari INDEF dan akan menjadi anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) periode 2004-2009. Kebetulan pula banyak ekonom yang bergabung di partai yang di pimpin oleh Amien Rais, ketua MPR RI yang kini tampil sebagai Calon Presiden (Capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 5 Juli 2004. Misalnya, Drajat Wibowo dan Bambang Sudibyo. Bahkan Calon Wakil Presiden (Cawapres) dari PAN adalah Siswono Yudhohusodo, mantan menteri yang bergerak di HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) dan memahami banyak persoalan perekonomian.

29 April 2004

Dia yang Terombang-ambing




Oleh Zulkifli Al-Humami
____________________


Nidah tirani sepertinya bergaris tangan nahas. Ibarat lolos dari cengkraman harimau ia kemudian terpeleset jatuh ke mulut buaya. Dan kini, hidupnya teramat tragis. Kisah nahas itu ia tuturkan bagaikan sebuah reportase jurnalis kepada Muhidin M. Dahlan, seorang yang dulu kerap berdebat dengannya ihwal negara Islam. Dari tangan dingin sahabatnya itulah lahir karya ini: Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur: Memoar Luka Seorang Muslimah.

Buku ini bukan sekadar novel, meski ia bertutur dengan langgam cerita sastra. Ia adalah reportoar sebuah kisah nyata, sebuah lensa yang merekam babak perjalanan hidup perempuan Muslimah yang beralur dramatis, juga tragis: kisahnya sebagai juru dakwah harus berujung pada pilihan untuk melacurkan moralitas, tersebab kecewa.

29 Maret 2004

Fatsoen Cak Nur, Mengapa “Menghakimi”?

Oleh Zulkifli Al-Humami
____________________


Membaca tabloid Tekad tiga edisi terakhir sangat menarik, terutama rubrik ‘Surat dan Pendapat’ yang memuat perdebatan sengit menanggapi tulisan Nurcholish Madjid yang berjudul “Jalan Lurus” (Tekad Edisi 44/II). Dalam Tekad Edisi 45/II, Sdr Hartono Ahmad Jaiz menilai tulisan “Jalan Lurus” Cak Nur mengandung kesesatan.

Tulisan Sdr Hartono selanjutnya ditanggapi oleh Sdr Jalaluddin Hamzah, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, melalui tulisannya bertajuk “Fatsoen Cak Nur, Hartono Emosional” (Tekad Edisi 46/II). Di mata Hartono, tanggapan tersebut dianggap tidak didasari argumentasi, dan hanya menekankan kembali apa yang ditulis Cak Nur. Padahal, menurut Hartono, tulisan Cak Nur itulah yang mejadi persoalan. Karena itu, dalam Tekad Edisi 47/II, Hartono kembali memberikan penjelasan mengapa ia mempersoalkan “Jalan Lurus” Cak Nur.

29 Januari 2004

Membongkar Mitos Metafisis Al-Qur'an

 


Oleh Zulkifli Al Humami
____________________


Perbincangan mengenai al-Qur’an selalu menarik perhatian kalangan pemikir Islam. Modernisasi, yang menelorkan banyak perubahan di segala ranah kehidupan, telah memaksa para pemikir Islam untuk mereinterprestasi al-Qur’an secara fleksibel dan elastis, sehingga mampu menjawab tantangan perubahan zaman.

Sebagai sebuah teks, kandungan makna dalam al-Qur’an tidak pernah kering, apalagi habis untuk ditafsirkan. Kenyataannya, al-Qur’an dapat ditafsirkan secara terbuka, tergantung konteks sosial-budaya yang membentuk struktur nilai dan kesadaran sang pembaca.