09 Oktober 2009

Menjadi Bangsa Pintar, Meraih Kejayaan




Oleh Zulkifli Al-Humami
____________________


Mengapa masih banyak rakyat miskin di Indonesia—negeri dengan kekayaan alam yang sungguh dahsyat? Begitulah pertanyaan yang kerap muncul dalam benak Heppy Trenggono. Kegelisahan itu membuat pengusaha muda ini  lalu menuangkan pengalamnnya di buku Menjadi Bangsa Pintar.

Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Republika ini merupakan bentuk keprihatinan terhadap berbagai persoalan kebangsaan. Dalam buku ini setebal 164 halaman ini, Heppy Trenggono menyuguhkan kunci-kunci sederhana untuk kebangkitan kembali Indonesia meraih kejayaan.

31 Mei 2008

Selling Atheism in the Shadow of Religious Fundamentalism


Tulisan ini bersumber dari harian The Jakarta Post. Ditulis oleh wartawan Ary Hermawan, dan dimuat pada Selasa, 29 Mei 2008. Di dalamnya saya mengutarakan pendapat saya tentang pentingnya penerbitan buku-buku atheisme di Indonesia.
[Zulkifli Al-Humami]
_____________________________


Does atheism sell in Indonesia, the world's largest Muslim country and home to such bigoted religionists as the Bali bombers?

Will it ever have a place in a "God-fearing" society whose forefathers had unanimously decided to place the Abrahamic doctrine of the Unity of God as its first national credo?

The default answer would be unsurprisingly "no". Atheism books like Richard Dawkins' The God Delusion, Sam Harris' The End of Faith or Christopher Hitchens' God is Not Great may have been on the bestselling charts somewhere else and can now be spotted in nearly all international airports, but the top local publishers have no interest in bringing these books to local bookstores.

02 April 2008

Antara Ada dan Tiada


Tulisan ini bersumber dari majalah Nebula [Edisi Khusus No. 04/IV/Maret 2008]. Dalam edisi khusus ini, Nebula menulis mengenai buku-buku perempuan, baik yang bertema tentang perempuan maupun ditulis oleh penulis perempuan. Saya, selaku penerbit Alvabet, termasuk narasumber yang dimintai komentar terkait topik tulisan tersebut.
[Zulkifli Al-Humami]
______________________________


Malam merambat pelan. Alunan “Fur Elise” dari Bethoven mengalir lembut di seantero sudut lantai dua toko buku Gramedia Depok. Di bagian buku sastra, seorang perempuan berjilbab lebar tengah asyik membuka-buka sebuah novel Islami karya seorang penulis Muslimah kenamaan. Kedua matanya menyapu setiap baris huruf cetak yang terpampang di buku tersebut.

Nindi (22) hampir setiap akhir pekan mengunjungi Gramedia Depok. Mahasiswa tingkat akhir di FMIPA UI itu mengaku sangat menggemari karya-karya terbitan penerbit Lingkar Pena (LP). “Bahasanya ringan, gaul, dan mengandung unsur dakwah,” ujar gadis berdarah Padang dan Makassar itu.

30 Oktober 2007

Yang Internasional atau Lokal, Asal Mencerahkan


Tulisan ini bersumber dari majalah An-Nida (Edisi No. 2/XVIII/Oktober 2008), hasil wawancara jurnalis majalah tersebut terhadap saya. Dalam wawancara itu, saya bercerita ihwal penerbit Alvabet, yang selanjutnya dinarasikan secara tertulis dalam rubrik Profil Penerbit di majalah “islami nan gaul” itu.
[Zulkifli Al-Humami]
______________________________


Dunia perbukuan tak akan pernah lepas dari abjad-abjad yang berkumpul membentuk sebuah kata untuk menjadi rangkaian kalimat. Itu pula alasan mengapa dipilih nama “Alvabet” untuk sebuah penerbitan yang didirikan pada 1999 oleh beberapa orang dari eks majalah Ummat—yang memang orang-orang yang sudah akrab dengan dunia tulis-menulis.

“Hampir tidak ada filosofi khusus untuk nama Alvabet yang kami pilih. Hanya saja kami berharap Alvabet akan selalu mewarnai dunia penerbitan Indonesia layaknya “alfabetha” (abjad) yang pasti hadir dan tersebar disetiap buku yang dibaca masyarakat ,” jelas Zulkifli Al-Humami, Editor-in-Chief penerbit Alvabet.